RGB dan CMYK, mana yang harus digunakan?

RGB (Red, Green, Blue) merupakan proses pencampuran warna dengan metode aditif, yaitu menambahkan cahaya.

Cahaya sendiri memiliki spektrum yang berbeda-beda seperti pada contoh di bawah ini. Dengan menggunakan prisma, cahaya diteruskan menjadi pelangi karena spektrum warnanya berbeda.

Karena RGB berbasis cahaya, maka warna yang dihasilkan lebih cerah.

CMYK merupakan singkatan dari Cyan, Magenta, Yellow, dan Key (Black). Key merupakan warna kunci dan berperan mengatur kontras hasil percetakan.

CMYK menggunakan proses yang berbeda, yaitu substraktif, di mana pencampuran warna dilakukan dengan penambahan tinta/pigmen pada sebuah medium. Tinta/pigmen ini mempengaruhi cahaya yang dipantulkan dari medium tersebut. Disebut substraktif karena CMYK mengurangi spektrum cahaya, karena itu hasil cetak cenderung lebih pudar.

Biasanya (karena menggunakan kata ‘selalu’ terkesan tendensius) mencetak file RGB akan menghasilkan warna yang cenderung pudar. “Warnanya turun nih!” CMYK tidak bisa mereproduksi warna RGB dengan baik karena keterbatasannya.

Masing-masing warna di CMY memiliki angka 100 (K tidak saya anggap karena hanya berperan mengatur kontras). Kombinasi menggabungkan CMY menghasilkan 1003 = 1.000.000 warna yang berbeda.

Di sisi lain, masing-masing RGB memiliki angka 256. Kombinasi yang dihasilkan sebanyak 2563 = 16.777.216 warna yang berbeda.

Kapan harus menggunakan RGB? Kapan harus menggunakan CMYK?

“Logonya kan cuma buat jualan di Instagram aja,” mungkin ini salah satu alasan membuat logo menggunakan warna RGB.

Desainer yang baik selalu mempersiapkan “masa depan” dari apapun yang mereka buat. Siapa tahu bisnis di Instagram sangat menguntungkan sehingga klien ingin mencetak logonya sebagai packaging, kartu nama, bahkan hingga signage. Saat dicetak ternyata hasilnya pudar, tidak sesuai dengan di layar, lalu bagaimana?

Saat membuat logo, desainer harus selalu mengatur tampilan warnanya sebagai CMYK. Saat ingin menggunakan logo untuk keperluan digital tinggal mengubahnya menjadi RGB.

Mengubah CMYK menjadi RGB tidak akan terlalu mempengaruhi hasilnya karena 1 juta warna CMYK teorinya ada di 16 juta warna RGB. Sebaliknya, mengubah RGB menjadi CMYK tidak akan selalu berhasil karena keterbatasan warna CMYK.

Intinya, kalau desainnya memiliki kemungkinan untuk dicetak, selalu gunakan CMYK. Tapi kalau desainnya eksklusif hanya ditampilkan di layar seperti antarmuka pengguna atau iklan tv maupun YouTube, pakailah RGB.


Catatan: Ini adalah salinan jawaban saya di Quora. Saya akan menulis ulang jawaban yang saya suka di Quora ke dalam blog saya.

3 people recommended this post

Related posts