Sejarah logo dan peran logo pada perusahaan

Bagaimana sejarah penggunaan logo? Dulunya logo berperan sebagai jaminan bahwa produk/layanan yang ditawarkan sebuah jenama (brand) memang asli miliknya. Zaman dulu meniru logo tidak semudah sekarang.

Louis Vuitton termasuk jenama yang melakukannya untuk mencegah produk bajakan.

As counterfeiting was becoming a growing problem, Georges Vuitton had the idea to sign his father’s name on his trademarked work. Just like a monogram is an artist’s signature on his or her work, the Louis Vuitton logo is anchored in a secular tradition.

Icon

Zaman sekarang peran logo yang ini sudah tidak terlalu berlaku karena siapapun bisa melakukannya (saya saja bisa membuat ijazah/sertifikat palsu kalau mau). Di internet banyak tutorial untuk membedakan LV asli vs palsu karena di mata awam tidak terlalu terlihat perbedaannya.

Tangkapan layar hasil pencarian Louis Vuitton

Fungsi logo sekarang lebih berat sebagai bagian dari identitas sebuah jenama. Mengapa jenama memakai logo sebagai salah satu identitasnya?


Manusia adalah makhluk visual

Visualization works from a human perspective because we respond to and process visual data better than any other type of data. In fact, the human brain processes images 60,000 times faster than text, and 90 percent of information transmitted to the brain is visual.

Thermopylae Sciences + Technology

Sebagai makhluk visual, manusia memproses gambar 60 ribu kali lebih cepat dari tulisan (memang, tulisan bisa dianggap gambar dan banyak logo yang hanya tulisan saja, tapi itu pembahasan lain). Setengah otak manusia bahkan didedikasikan untuk memproses gambar. Manusia juga lebih mudah mengingat dan mengenali gambar ketimbang tulisan.

Logo sendiri, walaupun hanya berbentuk tulisan, bisa dianggap sebagai gambar karena memiliki aturan main yang ketat. Misalnya, logo Google saat ini memakai font Product Sans dan kombinasi 4 warna, maka selamanya (kalau tidak ada redesain lagi) logo Google akan selalu memakai font yang sama dan warna yang sama. Tulisan Google dengan font Product Sans dan 4 warna itu diproses oleh otak sebagai sebuah gambar.

Walau warna dihilangkan, kita masih bisa menganggapnya sebagai logo dari jenama yang sama karena komposisinya yang sama maupun konsistensi Google menggunakan logo tanpa warna ini.

Logo Google

Walau warna dihilangkan, kita masih bisa menganggapnya sebagai logo dari jenama yang sama karena komposisinya yang sama maupun konsistensi Google menggunakan logo tanpa warna ini.

Logo Google

Lalu misalnya ada logo Google dengan tampilan seperti band metal, kita belum tentu akan menganggapnya sama dengan Google yang mesin pencari.

Logo Google
Sumber gambar
Logo Google
Sumber gambar

Nah, walaupun logo Google yang tampil hanya huruf G saja, kita masih bisa mengasosiasikannya dengan Google yang sama.

Logo Google

Ketika hanya diberikan logo G, kita bisa mengenalinya sebagai bagian dari Google. Manusia memiliki kemampuan untuk melengkapi sesuatu walau hanya diberikan sebagian informasi. Dalam Gestalt, prinsip ini disebut dengan reification.

Reification is the ability to form complete representation from limited visual/sensory information.

Logo Google

Kalau diberikan huruf G seperti ini, bisakah otak Anda mengasosiasikannya dengan Google?

Logo Google?

Logo adalah bagian dari identitas jenama (brand identity)

Logo tidak berdiri sendiri. Logo “hanyalah” bagian dari kesatuan identitas sebuah jenama. Identitas jenama sendiri terdiri dari:

  1. Nama/merek dagang,
  2. Logo,
  3. Elemen visual lainnya,
  4. Persona jenama,
  5. Panduan berinteraksi dengan pelanggan,
  6. Dan sebagainya.

Nah, kesalahpahaman yang berlaku adalah logo harus memiliki makna/filosofi.

Coba lihat kedua gambar ini.

Anak kecil berkostum buaya
(Getty Images)

Sama-sama bayi buaya tapi kesannya berbeda: yang satu lucu dan menggemaskan dan wajib dicubit, satunya lagi bisa saja lucu (bagi sebagian orang) tapi yakin mau nyubit?

Kesan ini berasal bukan dari “makna” atau “filosofi” kedua bayi tersebut, tapi dari pengalaman pribadi tiap individu yang melihatnya. Kalau saya sendiri, buaya selalu diceritakan sebagai makhluk buas yang berbahaya sehingga membentuk kesan buaya adalah makhluk yang harus dijauhi seberapapun sukanya saya dengan reptil.

Sama halnya dengan logo.

When we look at a well-known logo, what we perceive isn’t just a word or an image or an abstract form, but a world of associations that have accrued over time.

Michael Bierut

Kesan yang didapat dari logo adalah berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan jenama tersebut: cerita/review orang lain, pengalaman memakai produk atau menggunakan jasa, pengalaman berurusan dengan layanan pelanggan, dan sebagainya. Kesemua ini membentuk citra jenama.

Fungsi logo adalah sebagai wadah citra tersebut karena, seperti yang dijelaskan sebelumnya, manusia adalah makhluk visual. Logo menjadi medium yang paling mudah untuk mewakili citra. Logo menjadi medium yang paling mudah untuk mengingat citranya.

Logo is an empty vessel awaiting the meaning that will be poured into it by history and experience.

Michael Bierut

Segitu pentingnya logo sebagai identitas sehingga ada yang berkata “lebih baik punya logo jelek daripada tidak sama sekali.


Catatan: Ini adalah salinan jawaban saya di Quora. Saya akan menulis ulang jawaban yang saya suka di Quora ke dalam blog saya.

4 people recommended this post

Related posts