Lima Tahun di IYC Penuh Perubahan

Volunteering is great.
It’s an evidence for other people that you love the thing that you’re doing.

Lima tahun terakhir saya disibukkan dengan IYC, sebuah acara tahunan yang bertujuan untuk menginspirasi anak muda mengenai berbagai isu terkini di Indonesia.

Saya memulainya dari nol. Saya tidak pernah mempunyai pengalaman berorganisasi. Ya, memang sih tahun 2007–2009 sempat jadi ketua HIMA, tapi saat itu hanya seperti “kutukan” saja: bekerja seorang diri. Jadi saya tidak merasa memiliki pengalaman berorganisasi.

IYC pada awalnya…

Pada Maret 2009 Alanda menghubungi saya. Ia mengajak saya untuk membantu mengerjakan Community Action Project-nya. Awalnya saya mengiyakan dengan alasan “ya lumayan lah nambah temen.” Kami mulai bekerja pada bulan Mei 2009 dengan beranggotakan 8 orang, berkembang menjadi 11 orang saat kami meluncurkan proposal, dan tahun 2014 ini hanya saya (dari daftar di bawah) yang masih terlibat aktif di dalam kepanitiaan.

Kami memulai dari nol. Kami tidak mengetahui apa yang harus kami kerjakan. Kami hanya tahu apa tujuan akhir kami saat itu: memberikan inspirasi kepada 33 anak muda untuk membuat perubahan di 33 provinsi di Indonesia.

“Jabatan resmi” saya saat itu adalah Web Developer and Designer, padahal saya tidak mengerti web design. “Alanda salah pilih nih.” Saya sempat kecewa dengan jabatan saya karena saya inginnya menjadi Graphic Designer. Sepertinya Alanda mengerti keluhan saya walau saya tidak mengutarakannya. Alanda membimbing saya untuk bisa membuat situs web IYC, memberikan banyak referensi dan masukan, hingga akhirnya situs IYC buatan saya memiliki ciri khas tersendiri.

Walau jabatan saya hanya mengharuskan saya untuk mengurus situs web dan online communication tools, tapi saya tidak berhenti sampai situ. Kami tidak berhenti sampai situ. Saya membantu mengurus seleksi Duta IYC, Umar membantu mengurus percetakan, Adam membantu mencari sponsor, dan sebagainya.

Kemudian…

IYC menjadi one-hit wonder. Respon yang kami dapat sangat baik sehingga kami memutuskan untuk menjadikannya proyek tahunan. Beberapa dari kami kembali menjadi panitia. Saya mendapat jabatan yang saya inginkan, Graphic Designer, yang kemudian saya ubah “seenaknya” menjadi Divisi Artistik dan sekarang menjadi Divisi Kreatif.

Ada beberapa alasan yang membuat saya mengubahnya. Pertama, saya ingin mengubah citra desainer di organisasi sosial. Biasanya, desainer hanya menjadi “tukang suruh.” “Fat, bikinin ini.” “Fat, bikinin itu.” Saya tidak menginginkan itu. Saya ingin desainer terlibat aktif dalam setiap proses yang ada sehingga ia bisa memutuskan sendiri apa yang harus/perlu dibuat secara visual dan memberikan masukan untuk apa yang bisa dikembangkan secara konsep dan strategi. Kedua, saya tidak bisa bekerja sendirian. IYC semakin berkembang dan saya membutuhkan bantuan dalam mengerjakannya dan saya butuh divisi sendiri. Ketiga, saya tahu IYC butuh regenerasi. IYC tidak akan berkembang kalau semua visualnya adalah ciri khas saya. Selain itu tidak selamanya saya akan berada di sini.

Dengan nama divisi dan jabatan yang baru, saya mulai menambah ruang lingkup pekerjaan saya dan saya merasa lebih leluasa dalam memberikan masukan.

Sebagai contoh, Forum IYC diadakan dua tahun sekali dan Festival setahun sekali merupakan ide saya saat terjebak di dalam lift bersama Chandra. Lalu adanya Expo Komunitas juga merupakan ide saya yang eksekusinya hanya dilaksanakan berdua saja bersama Christy. Kami memutuskan tidak perlu membuat divisi baru untuk mengurus Expo karena kami menyanggupi mengerjakannya walau harus membagi waktu dengan jobdesc utama kami. Kemudian, yang sangat mengubah peran desainer di dalam IYC, adalah saya membuat konsep tagline Festival IYC 2011. Poin terakhir ini membuat desainer tidak menjadi “pesuruh”, tetapi menjadi inti dari IYC.

Tidak hanya saya, yang lain juga melakukannya. Divisi Komunikasi menjadi garis terdepan dalam menyampaikan informasi kepada audiens kami, Divisi Sponsor menjadi nyawa kami dalam mengerjakan segala hal di IYC, bahkan Divisi Logistik menjadi tim yang paling mampu merealisasikan segala konsep kami.

Meski begitu kami saling membantu satu sama lain. Ketika tim Sponsor tidak bisa melakukan meeting dengan calon potensial, divisi Logistik menggantikannya. Ketika saya tidak bisa menemui vendor plakat, divisi Seminar menggantikan saya. Begitu seterusnya. Kami melakukannya karena kami tahu mereka akan melakukan hal yang sama untuk kami semua.

Kami semua menjadi satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Kami berlomba satu sama lain untuk memberikan yang terbaik.

Sekarang…

IYC sudah berkembang.

Awalnya hanya butuh 30-an orang, sekarang harus ada 50+ orang. Jobdesc dibuat spesifik sehingga satu orang hanya mengerjakan satu hal. Tidak ada inisiatif dari tiap panitia untuk mengerjakan hal lain di luar jobdesc mereka. “Ya kan divisi itu ada 3 orang, masa harus gue yang kerjain?”

Selain itu, panitia baru tidak mengetahui apa yang harus mereka kerjakan walau sudah kami berikan arahan sejelas mungkin. Mereka menjadi tergantung kepada kami (panitia lama). Setiap ada hal baru, mereka langsung bertanya dan tidak mencoba mencari tahu sendiri. Sebagai pembanding, kami yang merintis pun tidak tahu apa yang harus kami kerjakan saat itu, tetapi kami mencari tahu sendiri caranya. Kami mencoba-coba sendiri sehingga kami bisa memiliki formula yang sesuai dengan keadaan saat itu.

Tidak hanya itu. Walau sudah diarahkan sebaik mungkin, panitia baru tidak mau melakukan sesuai arahan. Mungkin karena arahan kami yang sudah tidak sesuai zaman, tetapi mereka sendiri pun tidak mau membuat cara mereka sendiri. Ketika mereka mau pun cara mereka tidak sesuai dengan batasan-batasan yang ada di IYC. Hal ini seakan membuat IYC terlihat membatasi ruang gerak mereka. Salah sebenarnya. Kami hanya ingin mereka mempertanggungjawabkan yang mereka lakukan. Kami hanya ingin mereka bisa mempertahankan argumen mereka.

Sekarang IYC sudah berkembang dalam hal kuantitas panitia, tetapi mengalami kemunduran dalam hal kualitas panitia.

Volunteering is sucks. It’s just an evidence for other people that you just love being a part of something.

Itu yang saya lihat dalam dua tahun terakhir. Mereka mengikuti IYC hanya agar mendapat label Panitia IYC. Mereka tidak mencintai apa yang mereka kerjakan. Mereka tidak mau memperhatikan satu sama lain. Mereka hanya suka menjadi bagian dari IYC, tetapi mereka tidak rela memberikan yang terbaik.

“What’s in it for me?”

Mereka tidak tahu bahwa yang IYC adalah perantara untuk hal-hal yang baik. Sebagai contoh, saya 4 kali diterima bekerja dalam 4 perusahaan berbeda karena IYC.

Terakhir…

IYC tahun ini menjadi IYC terakhir saya.

Saya merasa bersalah atas kemunduran ini karena saya orang pertama yang mencetuskan perlunya penambahan divisi-divisi baru yang spesifik tugasnya. Saya sedih karena harus meninggalkan hal buruk di IYC.

Tidak ada yang bisa saya lakukan untuk mengubahnya dan itu adalah hal yang paling saya sesalkan selama lima tahun berada di IYC.

Meski begitu, saya merasa bahagia bisa mengenal banyak orang hebat yang mau mengubah Indonesia melalui IYC.

  Do you recommend this post?