Asumsi dalam desain

Asumsi sangat berbahaya karena tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Asumsi membatasi proses dan memengaruhi perumusan masalah sehingga rumusannya tidak tepat. Akibatnya, asumsi juga menciptakan solusi yang tidak menyentuh akar permasalahan.

Inilah pentingnya metode design thinking, sebuah mindset yang perlu dimiliki untuk menghilangkan asumsi. Metode ini tidak hanya berlaku untuk desainer, tapi semua orang yang terlibat. Fun fact: Semua orang yang terlibat dalam pembuatan sebuah produk adalah desainer.

Jared Spool, salah seorang praktisi UX terkenal, menceritakan pengalamannya mengenai asumsi.

Ia menceritakan kliennya yang berasumsi bahwa orang-orang tidak apa-apa (don’t mind) kalau harus memiliki akun sebelum membeli sebuah produk. Setiap pengguna diminta untuk login atau register sebelum bisa menyelesaikan pembelian mereka.

Asumsi ini membawa tiga masalah:

  1. Orang-orang tidak mau memiliki komitmen jangka panjang. Membuat akun berarti melakukan komitmen. Saya hanya ingin membeli suatu hal yang remeh saja kok harus berkomitmen segala.
  2. Basis data pengguna tidak valid. Dari analisis ditemukan 45% akun yang terdaftar dibuat oleh orang-orang yang sama, bahkan ada banyak yang membuat sampai 10 akun.
  3. Resiko kehilangan penjualan. Terkait dengan temuan nomor 2, banyak orang yang tidak mengingat kredensial akun mereka. Situs ini mendapat permintaan reset password sebanyak 160.000 tiap harinya, hanya 25% saja yang melanjutkan sampai pembayaran.

Mengganti tombol di situs web ternyata mengatasi ketiga masalah ini. Desainer membuang tombol register dan menggantinya dengan satu pesan singkat:

You do not need to create an account to make purchases on our site. Simply click Continue to proceed to checkout. To make your future purchases even faster, you can create an account during checkout.

Akibatnya:

  1. Jumlah pengguna yang melakukan pembelian meningkat 45%.
  2. Pendapatan meningkat hingga 15 juta dolar di bulan pertama dan 300 juta dolar di tahun pertama.

Saat berurusan dengan desain, cerita ini perlu diingat: berasumsi bisa membuat Anda kehilangan 300 juta dolar.

Apakah di pekerjaan saya tidak boleh ada asumsi? Tidak juga. Asumsi juga dibutuhkan namun harus divalidasi. Ketika sudah divalidasi dan terbukti maka menjadi fakta.

Asumsi hanya asumsi apabila tidak ada pembuktian. Namanya saja asumsi, “dugaan” dan “anggapan”.

Inilah yang membuat asumsi berbahaya, apabila langsung diterima sebagai kebenaran mutlak tanpa ada usaha untuk membuktikannya.


Catatan: Ini adalah salinan jawaban saya di Quora. Saya akan menulis ulang jawaban yang saya suka di Quora ke dalam blog saya.

6 people recommended this post

Related posts